Sunday, January 01, 2023

Crocheted Bokjumeoni

Setelah selama pandemi saya lebih banyak berkutat di depan laptop, akhirnya punya waktu lagi untuk merajut, eh, merenda, eh, tepatnya hakken, hitung-hitung rehat sejenak dari gadget. Proyek-proyek awal adalah membuat cozy untuk gelas kopi kekinian, soalnya jadi sering banget dapat bancakan kopi cantik yang membuat meja basah karena embun dari minumannya. 😁

Iseng-iseng buka Pinterest cari ilham barang rajutan yang kiyowo. jadinya nemu berbagai macam bokjumeoni, atau lucky pouch a la Korea. Hadeuh, jadi pengen ke Korea...  Berhubung nggak kebayang kapan bisa ke Korea lagi, jadi mulai cari-cari ilham bagaimana membuat bokjumeoni versi rajutan. Kenapa versi rajut? Soalnya saya malas bikin bojagi alias patchwork, padahal bokjumeoni biasanya dibuat dengan teknik bojagi.

Dan akhirnya, setelah "bongkaran" ilham di Pinterest dan Youtube, akhirnya saya menemukan teknik pembuatan pleated bag yang dimodifikasi jadi drawstring bag. Setelah dicoba-coba dengan benang-benang katun sisa proyek sebelumnya, akhirnya menghasilkan bokjumeoni kecil yang lucu ini. Supaya makin kiyowo, maka ditambah label "handmade" dan norigae (gantungan) berbentuk kupu-kupu. Jadilah bokjumeoni yang unik, dan belum tentu bisa ditemukan di toko suvenir, hehehe.





Saturday, April 04, 2020

Crocheted Baby Rattle

Setelah sekian lama proyek-proyek rajutan terhambat, akhirnya ada permintaan lagi untuk membuat karya rajutan. Tapi karya ini membuat saya berpikir seribu kali sebelum membuatnya: baby rattle. Alamak, macam mana ya? Cita-citanya pengen bikin baby rattle yang berbentuk seperti donat. Tapi kok di sini tidak ada yang jualan baby rattle plain berbentuk donat untuk handicraft? Di toko online adanya baby rattle yang udah siap pakai. 



Akhirnya inspirasi pun datang. Saya mencoba menggunakan tabung bekas suplemen effervescent yang di dalamnya diberi bel kecil-kecil. Masalah lain muncul: mau pakai benang apa? Karena untuk bayi, pemesan baby rattle sudah wanti-wanti, benangnya harus halus dan aman untuk bayi. Alamak, harus bongkaran kotak benang ini... pada akhirnya, semua benang yang cukup halus untuk bayi dikeluarkan dari kotak benang, dan terpilihlah beberapa benang yang (menurut kami) cocok untuk bayi.




Kemudian pemesan baby rattle tinggal memilih, mau dikasih ornamen apa rattle-nya. Terpilihlah kepala Snoopy untuk proyek rattle pertama. Proyek pertama selesai, tiba-tiba muncullah tabung bekas suplemen effervescent yang tidak terpakai lagi... akhirnya saya membuat lagi baby rattle kedua. Dan tentu saja, terpilih kepala Woodstock, teman Snoopy untuk proyek kedua. Senang rasanya melihat Snoopy krincingan ada temannya sekarang...

Sunday, August 27, 2017

Bebek Rajut Dari Jerman

Berwisata ke Jerman di musim panas yang lalu ternyata membawa pengalaman baru bagi saya: Jerman kaya dengan handicraft! Berawal dari iseng-iseng masuk ke toko buku di stasiun Alexanderplatz Berlin, yang terjadi adalah kebingungan: banyak majalah-majalah hakken, terutama pola-pola amigurumi, yang (unfortunately) berbahasa Jerman, bahasa yang tidak pernah saya pelajari sama sekali. Oups... Untung sekarang jaman internet, jadi tinggal cari konversi pola dari bahasa Jerman ke pola Amerika, dan voila! Polanya bisa terbaca.

Namun hasrat berburu barang-barang handicraft baru bisa tersalurkan ketika kami menjelajah Altstadt (kota tua) Heidelberg. Di antara deretan toko-toko branded dan cafe-cafe cantik, terselip toko Wolle Rodel, satu-satunya toko handicraft di Altstadt (dan tampaknya satu-satunya toko khusus handicraft di Heidelberg). Rasanya seperti menemukan harta karun di antara tumpukan jerami. Saya menyempatkan diri membeli buku handicraft yang menggabungkan antara hakken dan kristik. Dan di hari kedua, karena lagi-lagi kami melewati toko itu, saya tergoda untuk sekali lagi masuk dan membeli buku amigurumi.

Toko Wolle Rodel di Altstadt Heidelberg


Dari sekian banyak buku amigurumi yang ada di toko, saya memilih membeli buku amigurumi bebek mandi, alias rubber duck. Rubber duck sangat populer di Jerman, hampir di semua toko souvenir memiliki bebek karet berwarna kuning. Tapi ketika saya mencoba mencari tahu kenapa si bebek kuning ini sangat populer, saya tidak menemukan alasan yang jelas. Satu-satunya hal menarik yang saya temukan di Wikipedia adalah event Entencup alias balapan bebek karet yang diselenggarakan di Nuremberg setiap musim panas.

Pada akhirnya, setelah selesai mengkonversi pola pada buku amigurumi tersebut, saya mencoba membuat bebek-bebek rajutan yang lucu-lucu. Bebek pertama yang saya buat adalah rubber duck standar. Setelah semua bagian rajutan digabungkan, hasilnya bukan rubber duck ala Jerman, melainkan bebek sawah berwarna kuning yang lucu.

Bebek Sawah dari Jerman
Masih penasaran, saya melakukan percobaan kedua membuat bebek rajutan. Dari sekian banyak pola, saya memilih membuat bebek penjaga kolam renang. Dan hasilnya adalah "Baywatch Duck" yang siap membantu para pengunjung pantai yang perlu pertolongan.

Bebek Baywatch

Nah, masih banyak bebek-bebek lain yang menunggu untuk dirajut. Welcome to Indonesia, German (crocheted) rubber duck!

Bebek-Bebek Rajut dan Buku Amigurumi-nya



Tuesday, August 19, 2014

Facebook Pages Rhien Craft

It's been a long time since my last post here!

Tidak terasa, sudah 2 tahun sejak posting terakhir saya, yang kebanyakan adalah memindahkan postingan di Multiply. Dua tahun terakhir ini, saya lebih banyak menulis, menulis, dan menulis. Ditambah tanggung jawab di kantor yang semakin meningkat, membuat handicraft untuk sementara waktu masuk kotak dulu.

Nah, setelah mulai ada motivasi lagi untuk membuat handicraft, dan diberi jalan untuk mulai jualan lagi dengan agak serius, sekarang saya sudah membuat FB Pages untuk jualan pernik rajutan saya. Kali ini, jualannya bekerjasama dengan Showroom Komunitas Ibu-Ibu Doyan Bisnis di Bandung. Silakan dikunjungi di sini ya: https://www.facebook.com/rhienrajut.

https://www.facebook.com/rhienrajut

Sunday, August 12, 2012

Percobaan Dengan Benang Bulky

Akhirnya setelah di'anggur'in selama 2 bulan, saya mulai merajut (baca : hakken) benang korean bulky yarn. Ternyata setelah dicoba untuk dirajut, kesulitan pertama yang terjadi adalah menemukan jarum hakken yang cocok, karena diameter benangnya yang berganti-ganti antara tipis dan tebal (dan inilah keunikan benangnya!).

Setelah menganalisa sebentar (terutama bagian benang yang tebal), akhirnya dicoba dirajut dengan jarum hakken 8 mm, namun ternyata masih agak 'seret' (baca : kekecilan, mungkin karena tarikan tangan saya yang relatif kencang), sehingga saya ganti dengan jarum hakken 10 mm (ya, jarum hakken *diameter 10 mm*, bukan 10/0!). Setelah ketemu jarum yang enak, saya mulai bereksperimen dengan setik-setik crochet. Dan seperti yang sudah-sudah, kalau benangnya sudah sedemikian 'rumit' dan 'njelimet', sebaiknya kita menggunakan setik yang sangat sangat sederhana, seperti chain, single crochet, dan maksimal double crochet. Dan hasilnya adalah seperti foto di bawah ini :

Setelah jadi syal, berhubung syalnya lumayan tebal, kaya'nya lebih cocok untuk di daerah dingin seperti di Lembang, itu pun kalau suhunya di bawah 20 derajat Celcius, hehehe.... Jadi sementara ini, biarkan si beruang ajah yang pakai syal-nya!

Cross-Stitch Book : Picture Your Pet in Cross Stitch

Buku ini adalah buku kristik pertama yang saya beli di Amazon via kutukutubuku.com, dan merupakan salah satu buku kristik favorit saya. Tema pola di buku ini adalah binatang peliharaan, termasuk di antaranya anjing, kucing,hamster, reptil, dan kuda. Yang membuat buku ini menjadi sumber pola favorit saya adalah karena gambar binatang peliharaan di dalam buku ini sangat realistis dan sangat mirip dengan binatang sesungguhnya (walaupun ada juga beberapa pola yang bertema kartun). Lagi-lagi, karena saya penggemar dogi, sebagian besar proyek yang saya kerjakan dari buku itu adalah gambar-gambar dogi.
Buku ini 'muncul' kembali di 'peredaran' work-in-progress karena tiba-tiba ada yang khusus minta dibuatkan kristik anjing labrador berwarna kuning di atas kain hitam. Setelah dikebut selama 2 malam, akhirnya selesai juga kristik labrador kuning di atas strimin hitam, tinggal tunggu kapan hasil kristikannya dijahitkan ke barangnya.

Crocheted Bojagi

Bojagi atau pojagi secara harfiah artinya patchwork, dan merupakan kerajinan tangan khas Korea. Bojagi biasanya dibuat dari potongan-potongan kain yang disatukan menjadi kain yang lebar.
Terinspirasi dari bojagi, saya mencoba membuat produk crochet dengan pola seperti bojagi. Idenya sebenarnya adalah membuat kotak-kotak beraneka warna dengan pola random. Hal ini tentunya sangat bermanfaat untuk menghabiskan sisa benang rajut. Hanya saja, karena bolak-balik di tiap baris harus mengganti warna, maka pola ini disarankan bagi mereka yang memiliki tingkat kemahiran crochet menengah.

Pertama-tama, pola dirancang di atas kertas kotak-kotak (untuk mengetahui posisi warnanya).
Setelah itu dirajut dengan teknik dc (istilah Amerika), agar kantong yang dihasilkan tidak terlalu kaku/rigid. Hasil rajutan dibuat dalam bentuk lembaran, baru kemudian dilipat dan pinggirnya dirajut untuk menyatukan kedua sisi.
   
Tampak Depan
Tampak Belakang
 Rapikan dengan memberi sc atau dc pada pinggiran atas rajutan, beri kancing atau pasang tali serut.

Thursday, June 28, 2012

Rajutan Dengan Benang Sulam

Mungkin saya yang agak ketinggalan jaman, tapi gara-gara saya beli buku crochet berbahasa Jepang, saya baru sadar bahwa benang sulam yang biasa digunakan untuk mengkristik rupanya bisa juga digunakan untuk hakken!

Jadi inilah percobaan pertama saya, menggunakan benang sulam hasil beli obralan dan jarum hakken 1/0. Rupanya tidak susah juga, karena walaupun lebih licin dibandingkan benang acrylic lokal, namun benang sulam masih cukup kesat sehingga jarum tidak cepat melorot. Memang kita harus berhati-hati jangan sampai jarum rajutnya tersangkut, membuat benang yang terdiri dari 6 lembar benang kecil akan terurai. Keuntungan lainnya dari menggunakan benang sulam adalah warna gradasi benang yang beraneka ragam dengan rentang yang lebar, membuat kreasi Anda bisa lebih berwarna warni dibandingkan menggunakan benang acrylic lokal.

Dan.... inilah karya pertama saya : korsase yang dihasilkan dari 5 meter benang sulam Anchor.


Sunday, July 11, 2010

Tikus Berbulu

Lagi iseng-iseng buka majalah CrossStitcher, menemukan pola tikus "berbulu" yang dibuat dengan benang Madeira Lana. Halah, jenis benang apa lagi ini?? Kalaupun dijual di sini, pasti mahal banget!
Saking gregetan mau nyoba, tiba-tiba teringat bahwa masih punya benang felting yang buat merajut. Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya si tikus berhasil disulam dengan benang PDK Tobucil (hanya polanya harus dimodifikasi, karena kebetulan di rumah stok benang PDK adanya coklat tua, jadilah si tikus genit berwarna pink berubah menjadi tikus got coklat tua...). Pas melihat hasil akhirnya, kok kaya'nya kurang fluffy ya?? Setelah membaca petunjuk di majalah, rupanya benang yang harusnya berbulu itu harus di"tarik-tarik" dengan prepet supaya berbulu. Ooo... setelah di-"prepet" beberapa kali, akhirnya bulu-bulunya pada keluar. Seru juga! Pas dicoba lagi dengan benang wol lokal, setelah ditarik dengan prepet, hasilnya sebenernya berbulu juga, cuman kurang fluffy.
(sayangnya, di foto tikusnya tidak terlihat fluffy...)




O ya, setelah saya mencari info lebih lanjut, benang Madeira Lana itu ternyata punya komposisi 50% wool dan 50% acrylic, makanya mungkin bisa disubstitusi pakai benang lokal yang komposisinya 88% katun dan 12% acrylic.

Tips : kalau mau mem-fluff hasil sulaman dengan prepet, sebaiknya bagian yang fluff disulam terlebih dahulu, kemudian di-fluff dengan prepet sebelum menyulam bagian lain dengan benang sulam biasa. Ini mencegah bagian yang disulam dengan benang sulam biasa rusak.